Ku terbangkan sebuah lampion berisi
harapanku yang menerangi langit kesepian, di bukit dekat rumahku tanpa bulan
dan bintang. Andai semua harapanku tercapai di kemudian hari.
“Zahra, pulang sekarang yuk. Laper nih?”
Pinta Fera saat aku sedang duduk memandang lampion harapanku yang terbang
semakin tinggi.
“Bentar lagi deh.” Tolakku pada Fera
“ Kamu tuh betah banget sih di sini.”
Ucap Fera karena geram.
Aku hanya diam memandang lampion
harapanku yang lama-kelamaan pergi entah kemana tanpa jejak.
“Udah, pulang yuk?” Ucapku pada Fera.
Ferapun tersenyum padaku.
Aku dan Fera pulang ke rumah
masing-masing. Dalam perjalanan pulang aku takjub melihat langit yang tadi
kesepian sekarang berubah seperti ada pesta cahaya, lengkap dengan cahaya bulan
dan gemerlap bintang. Paginya aku berangkat ke sekolah bersama Fera. Kami
memang bersahabat sudah lama. Kami selalu menyempatkan waktu untuk menerbangkan
lampion harapan bersama di bukit dekat rumah kami. Sesampanya di kelas aku
merasakan ponselku bergetar, ternyata itu SMS dari ayahku. Katanya ibuku
berhasil melahirkan dengan selamat, adik keduaku ini laki-laki dan bernama
Glory Muhammad. Setelah bel puang berbunyi aku langsung pergi ke rumah sakit,
meskipun jaraknya jauh dari sekolahku, aku tetap pergi untuk melihat adik laki-lakiku.
“Wah, lihat itu adikku, dia tampan kan?”
Ucapku pada Elvi, saudaraku.
“Iya, kau benar. Dia tampan sekali.”
Elvi merespon uapanku.
“Kalau dibandingkan degan bayi yang
disampingnya jelas sangat berbeda.” Jariku menunjuk ke arah bayi disamping adikku.
“Dia putih, tampan, dan imut. Kau
beruntung sekali.” Puji Elvi padaku.
Kini sudah tujuh bulan lebih Glory
berada di dunia ini, Glory sudah mulai belajar merangkak. Sejauh ini pertubuhan
dan perkembangannya sangat pesat. Dia juga sudah mulai mengucapkan satu sapai
dua kata. Malam itu Aku dan Vista bertengkar saat aku menjaga Glory yang sedang
tidur, kami bertengkar hebat sampai-sampai Glory terbangun dan terus menangis.
Aku tidak tau harus berbuat apa, akhirnya ibuku datang dan menggantikan aku
menjaga Glory yang saat itu menangis. Aku langsung masuk ke kamarku, terdengar
suara tangisan Glory di telingaku.
“Bodoh, kanapa aku mengikuti emosiku,
harusnya aku pergi dan tak meladeni Vista.” Ucapku dalam hati seolah mamarahi
hati kecilku yang kini menyesal.
Air mata mulai menetes membasahi pipiku.
Aku terus manangis dan menangis, sampai tak sadar kalau aku sudah terlelap. Paginya
mataku sembab karena manangis semalaman. Saat aku akan berangkat sekolah sudah
tak ada seorangpun di rumah. Aku berjalan lemas menuju ke sekolah.
“Hari ini hari yang cerah ya?” Fera
membuka pembicaraan.
“Heem.” Jawabku dengan nada lesu.
“Kenapa? Aku tidak pernah melihatmu
selesu ini, apa yang terjadi?” Tanya Fera merasa ada yang berbeda dariku. Aku
hanya diam tak memberikan jawaban atas pertanyaannya.
“Baik, cari aku kalau mau bercerita.”
Fera beranjak pergi meninggalkanku di kelas.
“Glory, dia sakit. Itu semua karena
ulahku dan Vista.”
“Bagaimana bisa?” Tanya Fera bingung.
“Sebenarnya ini semua salahku. Tadi
malam aku bertengkar hebat dengan Vista sampai-sampai Glory terbangun dia terus
menangis semalaman. Aku benar-benar bodoh.” Jelasku pada Fera.
“Sudahlah. Mana Zahra yang ku kenal? Zahra
yang ceria.” Fera menyemangatiku.
“Aku pikir Zahra yang dulu sudah hilang
dariku.”
Sudah dua hari Glory adik kecilku di
opname, lama-kelamaan keadaannya berangsur membaik, hal itu cukup membuat
hatiku tenang. Hari ini Glory harus dibawa ke Semarang agar dia bisa sembuh
total. Aku bergegas pulang untuk mengemasi pakaian mungilnya. Saat aku melipat
baju terakhir, tiba-tiba pamanku datang membawa kabar yang tak pernah aku
bayangkan sebelumnya. Kini adik kecilku telah tiada, pedih hatiku mendangar
kabar itu. Satu-satunya adik laki-lakiku yang amat ku sayang kini telah tiada.
Ingin aku memeluknya untuk yang terakhir kali, tapi aku tidak mampu melihat
adik laki-lakiku terbaring kaku. Ingin aku mendengar tangisnya saat ku berkata
ibu sedang pergi. Apa ini akhir dari kebahagiaanku, apa tak ada kebahagiaan
lagi untukku.
“Sebenarnya, dia bukan sakit radag paru-paru
tapi dia menderita kanker paru-paru.” Ayah membuka rahasia yang sudah ia
sembunyikan dari aku.
Aku hanya diam dan menangis, kenapa aku
baru mengetahui hal ini harusnya dulu aku curiga. Perawatan yang intensif,
dijaga oleh suster khusus, tangis karena menahan rasa sakitnya. Bodohnya aku.
Kini setiap aku akan berangkat sekolah aku selalu teringat akan sosok adik
kecil yang selalu aku cium setiap pagi. Fera sahabat baikku selalu mencoba agar
aku kembali ceria dan bersemangat. Dia selalu berkata bahwa dunia ini belum
berakhir hidupku tak akan terhenti sampai di sini. Aku harus bangkit demi
adikku di surga. Tiga bulan setelah kejadian itu seperti ada keajaiban. Aku dan
Vista akan mendapat adik baru. Sebelumnya kami telah berjanji untuk merawat
adik baru kami degan sebaik mungkin. Tak ada lagi kata bertengkar.
“Ayo.” Fera memberi aba-aba agar kami
serentak menerbangkan lampion harapan bersama-sama.
Kebahagiaan
tak pernah pergi dari hidupku. Itu yang tertulis
dalam secarik kertas yang ku taruh dalam lampion, dan aku percaya itu.
Borgata Hotel Casino & Spa - MapYRO
BalasHapusBorgata Hotel Casino & Spa · Free 나주 출장샵 WiFi 통영 출장샵 and free 의정부 출장마사지 parking · Complimentary self parking at the hotel · 2 충주 출장샵 outdoor pools 익산 출장샵 and free valet parking · Free valet parking · Daily