Label

Kamis, 27 Desember 2012

KEUTAMAAN ILMU


Untuk menuju ke level iklas didalam kita beribadah, maka harus di gali ilmunya. Tanpa mengetahui ilmu dari kegiatan ibadah itu maka orang akan sulit untuk mencapai derajad ikhlas tersebut. Disini orang orang yang berilmu disebut sebagai ulama. Kata ulama sendiri maknanya bukan satu tapi banyak. Jadi kalau orang menyebut kata ulama berarti kumpulan dari orang orang yang berilmu. Hal ini diungkapkan dalam QS Al-Faathir 28:
“Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi Maha Pengampun.”
Dari ayat tersebut ulama adalah orang orang yang paling takut kepada Allah. Maksudnya takut akan segala larangan Allah dan takut akan semua perintah Allah jika ditinggalkan. 
Mencari perlindungan kepada selain Allah terjadi pada orang orang yang tidak berakal yang tidak mau mencari ilmu. Sehingga nuansanya menjadi gelap gulita namun kepada orang orang yang mau berfikir karena berakal maka mereka akan memilih Allah sebagai tempat berlindung dan berserah diri dan kondisi yang seperti ini adalah kondisi yang terang benderang. Sebenarnya kegelapan dan kegelisahan ini terjadi hanya di kalbu mereka orang orang yang tidak mau berfikir. Perbandingan antara orang kafir dan orang yang beriman yang dalam        Al-Qur'an diumpamakan sebagai orang buta-tuli dengan orang yang dapat melihat dan mendengar.
Dihubungkan dengan buah kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat yang dijanjikan Allah SWT pada orang-orang yang menuntut ilmu, dalam haditsnya Rasulullah SAW bersabda : "Apabila seseorang telah meninggal dunia, maka semua amalannya terputus, kecuali tiga perkara : shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakan kedua orang-tuanya."
Makna dari hadits tersebut adalah ilmu merupakan salah satu dari tiga amal shalih yang pahalanya terus-menerus dilipat-gandakan oleh Allah SWT. Dia telah menjamin setiap pencari dan pengamal ilmu dengan nikmat kebahagiaan yang takkan berkurang, takkan berakhir, kendatipun ia telah berada diantara para ahli kubur.
Mengapa demikian ?
Kemuliaan itu berhak bagi seseorang yang mengamalkan ilmu, disebabkan manfaat ilmu tidak dibatasi oleh dimensi waktu. Ketika ilmu disebarkan dan diamalkan, maka setiap siapa dapat mengambil manfaat darinya, setiap itu pula bertambah timbangan amal shalih penyebar dan pengamalnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar