Label

Kamis, 27 Desember 2012

“AHLI TASAWUF ”



         Al Gazali
 Nama Al Gazali diambil dari kata ghazalah, nama kampung kelahiran Al-Ghazali, yang terakhir inilah yang banyak dipakai.Beliau mendapat gelar Hujjatul Islam. Ia lahir tahun 450 H. di Thus., suatu kota kecil di Khurasan (Iran). Ayah Al-Ghazali adalah seorang tasawuf yang saleh. Ia meninggal dunia ketika Al-Ghazali beserta saudaranya masih kecil. Pada tahun 483 H. Ia diangkat menjadi guru di sekolah Nidzamiah Baghdad. Pekerjaan itu dilaksanakannya dengan sangat berhasil. Selama di Baghdad, selain mengajar, ia juga memberikan bantahan-bantahan terhadap pikiran-pikiran golongan batiniah, Ismailiyah, golongan filsafat, dan lain-lain.
Pekerjaannya itu kemudian ditinggalkannya pada tahun 488 H. untuk pergi ke Damsyik. Di kota ini ia merenung, membaca, dan menulis, selama kurang lebih lima tahun, dengan tasawuf sebagai jalan hidupnya. Karena desakan para penguasa, yaitu Muhammad, saudara Barkhijaruk, Al-Ghzali mau kembali mengajar di sekolah Nidzamiyah di Naisabur pada tahun 499 H. Tetapi, pekerjaan ini hanya berlangsung selama dua tahun. Akhirnya ia kembali ke kota Thus lagi. Di sana kemudian ia mendirikan sebuah sekolah untuk para fuqaha dan sebuah biara untuk para mutasawwifin. Di kota itu pula ia meniggal dunia pada tahun 505 H alam usia 54 tahun. Beberapa karyanya.
a.             Kitabnya yang terbesar ialah Ihya ‘Ulumuddin
b.            Bukunya Al-Munqidz min Adh-Dhalal
c.             Buku Tahafut al-Falasifah.
d.            BukuQawaid al-‘Aqaid
e.             Buku Misykat al-Anwar
f.             Buku Al-Munqidz min Adh-Dhalal.

      Dzun Nun al Mishri
Beliau lahir di Akhwim kawasan Mesir Hulu tahun 155 H meninggal pada tahun 245 H. Menurut beberapa riwayat, Dzun Nun al Mishri adalah seorang sufi yang terkenal dengan keluasan ilmunya, kerendahan hatinya, dan budi pekertinya yang baik. Tujuan kehidupan para sufi ialah mencapai tingkatan makrifat, dimana tampak hakikat realitas yang dipahami seorang sufi secara ketersingkapan, yang padanya tidak terdapat adanya dampak dari akal budi maupun pandangan lahir.Kitabnya yang terkenal adalah al-Qalam ‘ala al-Basmalah



          Abu Yazid al-Bustami
Abu Yazid al-Bustami lahir di Bustam, bagian timur laut Persia tahun: 188 H – 261 H. Semasa kecilnya ia dipanggil Thaifur, kakeknya bernama Surusyan yang menganut ajaran Zoroaster yang telah memeluk Islam dan ayahnya salah seorang tokoh masyarakat di Bustam.Keluarga Abu Yazid termasuk keluarga yang berada di daerahnya tetapi ia lebih memilih hidup sederhana.
Sewaktu menginjak usia remaja, Abu Yazid terkenal sebagai murid yang pandai dan seorang anak yang patuh mengikuti perintah agama dan berbakti kepada orang tuanya.Perjalanan Abu Yazid untuk menjadi seorang sufi memeakan waktu puluhan tahun, sebelum membuktikan dirinya sebagai seorang sufi, ia terlebih dahulu telah menjadi seorang fakih dari madzhab Hanafi.
Setelah besar ia melanjutkan pendidikannya ke berbagai daerah. Ia belajar agama menurut mazhab hanafi. Setelah itu, ia memperoleh pelajaran ilmu tauhid. Namun pada akhirnya kehidupannya berubah dan memasuki dunia tasawuf.Abu  Yazid  meninggal dunia pada tahun 261 H, jadi beliau meninggal dunia di usia 73 tahun dan dimakamkan di Bustam, dan makamnya masih ada sampai sekarang.


                              Husain bin Mansur al-Hallaj
Husain bin Mansur al-Hallaj atau biasa disebut dengan Al-Hallaj adalah salah seorang ulama sufi yang dilahirkan di kota Thur yang bercorak Arab di kawasan Baidhah, Iran Tenggara, pada tanggal 26 Maret 866M. Ia merupakan seorang keturuna Persia. Kakeknya adalah seorang penganut Zoroaster dan ayahnya memeluk islam. Al-Hallaj merupakan syekh sufi abad ke-9 dan ke-10 yang paling terkenal. Ia terkenal karena berkata: "Akulah Kebenaran", ucapan yang membuatnya dieksekusi secara brutal.
Ketika al-Hallaj masih kanak-kanak, ayahnya, seorang penggaru kapas Pada tahun 892M, Al-Hallaj memutuskan untuk menunaikan ibadah haji ke Mekah.Pada 906M, ia memutuskan untuk mengemban tugas mengislamkan orang-orang Turki dan orang-orang kafir. Tahun 913M adalah titik balik bagi karya spiritualnya. Pada 912M ia pergi menunaikan ibadah haji untuk ketiga kalinya dan terakhir kali.Husain bin Mansur al-halaj dan sahabat-sahabatnya disalahkan dan dituduh sebagai penghasut.al-Hallaj disiksa di hadapan orang banyak dan dihukum di atas tiang gantungan dengan kaki dan tangannya terpotong. Kepalanya dipenggal sehari kemudian dan sang wazir sendiri hadir dalam peristiwa itu. Sesudah kepalanya terpenggal, tubuhnya disiram minyak dan dibakar. Debunya kemudian dibawa ke menara di tepi sungai Tigris dan diterpa angin serta hanyut di sungai itu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar